Siang dengan panas terik yang cukup menyengat, jalanan penuh dengan lalu-lalang kendaraan yang berjalan pelan menunggu giliran, ditambah kerumunan orang-orang berbaris acak sampai melanggar bahu jalan demi sebuah antrian. Itulah gambaran tampak depan sebuah bangunan yang saya lihat ketika kendaraan yang saya tumpangi masih sibuk mencari tempat parkir yang kosong. Maklum, tempat yang saya kunjungi kali ini memang nggak menyediakan tempat parkir khusus. Tapi jelas itu menjadi kesempatan bagi warga sekitar untuk menambah mata pencaharian. Ya, menyediakan lahan parkir yang memanfaatkan lorong jalan sepi ataupun area depan ruko yang waktu itu saya lihat banyak yang tutup. Setelah kendaraan terparkir dengan aman, saya langsung bergabung dalam antrian untuk mendapatkan tiket masuk sebuah bangunan yang berdiri megah di hadapan saya.
– Mozaik kaca inlay pertama melambangkan kemakmuran dan keindahan alam Jawa beserta isinya, yang bermakna semua adalah milik kekukasaan Hindia Belanda.
– Mozaik kaca inlay yang kedua bercerita tentang Kota Semarang dan Batavia pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada waktu itu.
– Mozaik kaca inlay yang ketiga menggambarkan Kota Semarang dan Batavia sebagai pusat perdagaangan laut atau maritim. Seolah-olah pemerintahan Hindia Belanda ingin menceritakan kebesaran armada maritimnya.
– Mozaik kaca inlay yang keempat adalah gambar dua orang perempuan yang menggambarkan sosok Dewi Fortuna dan Dewi Venus. Sosok Dewi Fortuna atau dewi keberuntungan yang tergambar pada relief kaca inlay menyiratkan makna bahwa pemerintahan Hindia Belanda selalu diberkahi dengan keberuntungan. Kemudian sosok Dewi Venus atau dewi kecantikan dan cinta kasih yang terbentuk dalam kaca inlay menyiratkan bahwa pemerintahan Hindia Belanda mengharapkan selalu datangnya kejayaan. (kacainlay.com)
Setelah puas menikmati ornamen relief pada kaca tersebut, saya kemudian melangkah menuju pintu lain yang terletak di sebelah kanan tangga, di mana pada salah satu ruangannya terdapat semacam tangga bawah tanah, mengutip info dari pemandu wisata di sana, tangga tersebut berfungsi untuk menuju ruang tahanan bawah tanah, tapi waktu itu tangga tersebut dipenuhi dengan air pasang, yang entah dari mana asalnya, sehingga tempat itu terlihat seperti sumur, dan fyi air tersebut juga menurut informasi pemandu lagi nih, ya, bisa surut juga, tapi saya kurang jelas kapan pastinya waktu pasang-surut air yang menggenangi tangga tersebut. Setelah sedikit berkeliling di bangunan depan dengan 3 bagian tersebut, saya kembali memasuki bangunan lain yang letaknya paling belakang. Setelah melewati satu ruangan dengan tangga penghubung lainnya, suam ngajak keluar, katanya sih, auranya agak gimanaaa gitu, takutnya bocil kenapa-napa, harap maklum, suam saya itu parno-an. Saya yang tentunya sependapat sama dia, nurut saja.
Akhirnya kami memutuskan untuk istirahat dan kembali pada area lapang yang menampilkan live musik keroncong tadi. Menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para seniman dengan duduk-duduk cantik dengan para pengunjung lain sampai benar-benar merasa puas..
keren banget ya ternyata lawang sewu
selama ini aku cuma denger namanya doank disebut2 hehe
Pengen banget ke Lawang Sewu. Duly waktu ke Semarang, cuma lewat ajah…soalnya lagi buru waktu buat ikut tes CPNS. Iyah…udah lama banget. Sekarang kalau mau ke sana lagi, kudu cek harga tiket kereta Surabaya Semarang via priceza.co.id. Huhu…kapan yaaa ke sana lagi….
wah …. ternyata wisata di lawang sewu keren – keren juga ya