Teman-teman terlihat panik ketika bis yang kami naiki tiba-tiba berhenti tepat setelah melewati bundaran yang di tengah-tengahnya terdapat patung badak -atau kuda nil, entah saya lupa- bermandikan air mancur di depan gapura menuju alas Taman Safari Prigen. Tentu saja, pikiran negatif seketika menguasai mereka, bukan nggak mungkin kalau tiba-tiba saja ada Gajah, Badak, dan yang lebih parahnya lagi, Singa datang mendekat kemudian mencabik-cabik bis yang kami naiki, tapi syukurlah, karena itu hanya terjadi di khayalan mereka saja. Setelah beberapa menit Pak Sopir mencari tahu letak kesalahan sekaligus memperbaiki kerusakannya, pelan-pelan, bis kembali berjalan.
Beberapa rute yang terdapat di peta telah dilewati, dan ketika sampai di kawasan hewan asia, tiba-tiba terdengar suara batuk yang sepertinya nggak bakalan sembuh kalau cuma dikasih minum OBH combi plus. Jelas, bis kembali terbatuk-batuk entah karena apa, teman-teman kembali histeris, baru di dekat pintu masuknya saja mereka sudah panik, apalagi ini di tengah-tengah alasnya. Sambil Pak Sopir mencari tahu -lagi- sebab-akibat dari kambuhnya penyakit bis, sambil saya sedikit menyelipkan do’a, yah, agar terhindar dari sesuatu yang nggak diinginkan. Parno banget.
Lima menit.. Sepuluh menit.. Lima belas menit.. Panitia mulai panik sambil ngedumel ke agen travel yang menyediakan transportasi untuk perjalanan yang baru setengah jalan tersebut. Akhirnya fix, bis nggak bisa dipaksakan untuk lanjut lebih jauh lagi, rasanya itu.. hampir-hampir mirip sama hubungan yang sudah masuk waktu-bagian-lamar-lamaran-tapi-kemudian-putus-di tengah jalan gitu aja. Oh-so-disappointing.
Dengan menunggu pihak agen travel menunaikan janji sucinya untuk segera mengirimkan bis pengganti, panitia menghubungi petugas Taman Safari, agar bisa melanjutkan perjalanan menelusuri alas Taman Safari dengan menggunakan bis safari yang memang biasa disediakan untuk pengunjung. Bis safari datang beberapa menit kemudian, dan alih-alih menenangkan jantung yang sedari tadi sudah dag-dig-dug, saya dan teman-teman saling bergantian untuk melakukan hijrah, dari bis yang lagi batuk ke bis safari yang terlihat lebih segar dan banyak menjanjikan kesenangan..
Perjalanan menyusuri Taman Safari dengan menggunakan Bis Safari kembali berlanjut. Dengan melihat-melihat keramaian yang ada, saya mencoba mengamati berbagai jenis binatang yang terlihat tenang tanpa merasa terganggu, dengan benar-benar menghayati kehidupannya yang nyaman di alam bebas. Jujur saya merasa sedikit penasaran, dengan perbandingan antara kuota binatang yang ada waktu itu dengan kuota binatang yang ada, kurang lebih, 10 tahun yang lalu.
Setelah berhasil melewati fase yang lumayan bikin gregetan, sampai lah Bis Safari di lokasi pertunjukan yang menawarkan berbagai macam panggung aneka satwa.
Tapi… Karena fase-fase yang bikin gregetan tersebut, saya jadi melewatkan beberapa pertunjukan, dan hanya bisa menikmati panggung lumba-lumba serta panggung aneka satwa dengan tema “orang hutan dan pemburu liar”. Lumayan juga, sih, dari pada nggak kebagian sama sekali. Pertunjukan demi pertunjukan mulai berlangsung lancar, lumba-lumba yang bermain bersama air, orang hutan, burung dan anjing yang mengejar seorang pemburu liar dan kemudian menangkapnya, lucu sekali mereka, ciptaan yang kuasa. Tapi, kelucuan-kelucuan itu nggak berlangsung selama yang saya harapkan, ya, paling nggak setelah melalui kejadian-kejadian di luar dugaan.
Tanpa diundang, hujan turun begitu derasnya dan rasa jengkel pun menjelma sejadi-jadinya, disertai badan yang mulai terasa letih dan lesu, saya berteduh pada salah satu gazebo yang terasa sejuk dan rindang, sambil mencari-cari bis pengganti yang dijanjikan oleh agen travel. Sungguh perjalanan yang mengenaskan, sekaligus mengesankan dalam waktu yang nggak beraturan. Tapi nggak menutup perasaan senang saya, kejadian-kejadian tersebut bisa jadi sedikit tantangan dan cerita tersendiri buat saya. Karena mungkin, nggak semua perjalanan bisa berjalan mulus. Dan pastinya nggak semua orang bisa melalui masa-masa perjalanan seperti yang telah saya lalui. Tapi mungkin juga, ada yang sudah merasakan perjalanan yang lebih “parah” dari saya. Mungkin.
wah saya malah belum pernah ke prigen mak hihi…
Tempatnya asi, mak. Cuma pas saya berkunjung, situasi dan kondisinya aja yang nggak mendukung. :)))