Kantor Baru Rasa Lama.

Hello Bloggers! Sudah punya Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden baru, ya? Syelamat! Dan setelah dilantiknya mereka, semoga Negeri kita tercinta ini, juga bisa memberikan hal-hal baru yang positif buat kita semua. Amiiiin.. Nah, selain hal-hal baru yang saya tuliskan di atas, saya juga mau bilang kalau.. saya juga punya kantor baru, yang bakal saya ceritain di blogpost kali ini, loh. Baiklah. Sila lanjut yang mau baca. Eh, ya harus pada mau lanjut, dong. Nanggung tauk! *maksa* 😀

 Kantor Baru Rasa Lama.

Semua pasti setuju kalau saya bilang kegiatan pindahan itu sesuatu yang amat sangat ribet. Pindah dari mantan sandaran hati, ke calon sandaran hati yang baru, misalnya. Terlebih, pindah dari kantor lama ke kantor yang baru. Kita dituntut dan harus pintar-pintar memilah dan memilih berkas-berkas yang sekiranya masih sangat diperlukan, yang banyaknya sudah bisa dipastikan bisa bikin tangan keder milihinnya, dan setelahnya kita harus menyisihkan berkas-erkas yang sekiranya nggak perlu-perlu banget, buat dimasukin museum pemberkasan. Tapi.. karena perbandingan antara berkas yang diperlukan dan yang nggak diperlukan itu 8.37 : 1.63, jadi ya.. mau nggak mau harus siap kretekin jari berulang-ulang kali. Tau sendiri, kan, kalau kelengkapan berkas KPR itu nggak cukup selembar-dua lembar.

Baiklah, sekian tulisan slash tsurhatan dari saya, terima kasih buat teman-teman yang sudah
menyempatkan diri buat membaca
tulisan slash tsurhatan yang nggak jelas ini dengan tekunnya. Sampai jumpa di sekuel Kantor Baru Rasa Lama selanjutnya.. ~~~o/

Oke, balik ke
pindah-memindah. Selain memilah dan memilih berkas-berkas tadi, pastinya
saya juga punya barang pribadi yang memang biasa, tapi luar biasa
sayangnya kalau barang itu mesti dibuang. Gimana, dong.. Dan demi..
Meminimalisir barang bawaan menuju kantor baru, saya harus dengan berat
hati pula, menyisihkan barang yang biasa tapi luar biasa sayangnya kalau
harus dibuang, tersebut. Hiks. Padahal barangnya ya, cuma itu-itu aja,
sih. Tapi, kan.. Saya ini penganut orang yang sayang
buang-barang-yang-sedikit-apalagi-banyak-kenangannya sembarangan. #halah



Nah, selain dari soal
pengepakan berkas dan many others tersebut, hal yang paling dan harus
saya lakukan adalah.. Adaptasi. Ya, adaptasi. Kenapa saya harus
beradaptasi dengan kantor baru padahal rasanya masih lama? Nanti, deh, saya
tulis di blogpost selanjutnya, ya, ala-ala sekuel, gitu *maluw*. 

Sebenarnya, kadang saya agak heran juga, sih, di era digital begini, kenapa pihak bank nggak
memanfaatkannya semaksimal mungkin, dengan menyulap berkas-berkas
tersebut menjadi satu dalam bentuk sebuah folder, toh berkas dalam bentuk
softcopy juga bakal lebih efesien, bisa hemat kertas yang kian hari kian
nggak terkontrol penggunaannya, juga lebih mudah nyarinya, kalau
sewaktu-waktu dibutuhkan. Tapi memang agak nggak hemat energi listrik sama sekali, sih. Entahlah, cuma pemikiran selintas saja.



 Kantor Baru Rasa Lama.

Dan akhirnya, pada
tanggal 8 Oktober kemarin, saya resmi pindah ke kantor baru yang tahap
renovasinya masih on-progress. Iya, kantor baru saya masih berantakan
karena progress pemasangan wallpaper, dan bongkar-pasang beberapa
ruangan, belum 100% selesai. Jadi, saya akan menjadi karyawan
setengah pengangguran, sampai kantor baru tersebut benar-benar siap buat
dinikmati. #tsah


4 Comments

  1. mau rasanya lama atau baru, yg namanya kantor baru biasanya juga akan menciptakan cerita baru. btw, telur burung twitternya udah netas tuh mbak. Tapi mrse-nya udah gak ada. jangan-jangan kabur?

  2. Cerita baru, meja baru, suasana baru, harusnya dikasih gadget baru, laptop baru dan kalo perlu tas baru juga. #demanding

    Hahaha.. Kodenya lupa belum diganti, Haw. (–,)

  3. Hahaha.. Sudah nge-draft, tapi masih belum maksimal banget, Mak. 🙈

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *