Memiliki banyak anak dalam satu rumah adalah hal yang paling memabukkan. Setuju? Saya sih, yes! Selain kondisi rumah yang layaknya kapal pecah, kita juga akan dipusingkan dengan teriakan, tangisan, pertengkaran, serta aksi rebut-rebutan khas anak kecil yang hampir nggak pernah absen setiap harinya. Di rumah, saya memiliki 1 adik dan 1 anak usia SD ditambah 1 balita yang selalu bikin gemas tapi nggak jarang juga bikin pusing. Ocehan, tangisan dan/atau pertengkaran kecil akibat rebutan mainan bahkan remote TV sudah menjadi makanan sehari-hari, kadang mereka bisa diam hanya dengan satu kali pencegahan, kadang juga “huru-hara” akan semakin sengit ketika bujukan demi bujukan nggak menunjukan hasil.
Salah satu penyebabnya mungkin karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda, sehingga akan berpengaruh pada tanggapan mereka ketika mengartikan sikap atau arahan yang kita sampaikan, ada yang dengan mudah menerima nasehat yang disampaikan, ada pula yang butuh waktu dan melalui drama berkepanjangan untuk mengerti arahan dari kita. Dari sini, rasanya saya harus bisa menemukan solusi untuk sedikit mengurangi intensitas “huru-hara” yang terjadi di rumah. Padahal.. sebagai ibu, Ilmu Parenting sendiri merupakan salah satu bidang yang sampai sekarang belum bisa saya selami secara penuh. Mengutip istilah salah satu Blogger Parenting Mbak Wiwid Wadmira “Orang Tua dengan 1001 Keterbatasan” dan saya merupakan bagian dari kutipan tersebut. Selain menjadi Blogger Parenting, Mbak Wiwid sendiri merupakan sosok Ibu dengan dua anak kembar yang dulunya identik dengan tingkah-polah yang sudah saya tuliskan di atas, ada beberapa cara yang diterapkannya dan bisa kita lakukan ketika dihadapkan dengan situasi tersebut. Berikut sedikit ringkasannya;
Karakter dan Improvisasi
Kenali karakter anak. Dengan mengenali karakter, kita akan tahu keinginan dan kebutuhan mereka dan tentunya akan sedikit mudah untuk menentukan sikap, bagaimana agar apa yang kita sampaikan, bisa diterima dengan nyaman oleh mereka. Selain itu, improvisasi juga diperlukan agar anak nggak mudah bosan dengan arahan-arahan yang kita sampaikan. Misal menyampaiakan nasehat dengan cara bercerita, bermain, atau bernyanyi. Jadi sembari memberikan pemahaman kepada anak, mereka juga bisa tetap santai karena dilakukan dengan cara yang menyenangkan.
Konsistensi dan Konsekuensi
Sebagai Ibu, kita harus senantiasa mengajarkan hal baik serta mengingatkan apabila mereka melakukan kesalahan. Tapi hal tersebut nggak menjadikan kita mengabaikan pendapat yang diberikan oleh anak. Seperti halnya saat akan membeli barang atau akan menata ruang bermain untuk mereka, kita harus terbiasa untuk meminta pendapat mereka, menentukan sendiri apa-apa yang diinginkan oleh masing-masing anak, dan mengarahkan ketika ada yang nggak sesuai. Dengan begitu, kita juga bisa mengingatkan mereka untuk konsisten serta menerima konsekuensi dari apa yang sudah mereka pilih. Tanpa harus ada drama saling menyalahkan, berebut tempat atau mainan, dan huru-hara lainnya.
Bekerjasama dan Berbagi
Tapi, seperti yang saya sebut sebelumnya, masing-masing anak memiliki karakter yang berbeda, dan dari sana tentunya pendapat, keinginan, kebutuhan, serta sikap dan sifat pun akan berbeda pula. Pertengkaran kecil pasti terjadi, tapi sejauh mereka mengerti bagaimana cara bekerjasama dan berbagi, cara menyampaikan pendapat yang baik dan benar seperti apa, paling enggak “huru-hara” yang biasa terjadi akan sedikit berkurang.
Menjadi orang tua itu berjuta rasanya.Dan, menjadi orang tua dengan anak yang memiliki karakter berbeda-beda itu harus bisa menghadapinya dengan ekstra sabar dan bijaksana.
Sincerely,
membesarkan anak itu memang perlu kiat-kiat tersendiri ya mbak, karena setiap anak itu unik
tentu penanganannya beda
Aku slalu terpesona sama org2 yg mengasuh anak kembar tanpa berpihak