Welcome to my lebaran post again. /guaya pake again segala. baru juga 2 ini -_-/
Masih seputar lebaran nih.. Meskipun sudah lewat sebulan lebih, energi positif hari kemenangan seakan masih terasa, bukan? semangat untuk terus berbuat kebaikan pun semoga tetap tumbuh dalam diri kita setiap harinya.
Kalau postingan sebelum ini membahas tema tentang alasan mengesampingkan gengsi demi terjalinnya silaturrahmi dengan segala manfaat yang akan diberikan, kali ini saya akan menuliskan cerita halal bihalal keluarga pada ramadhan 1440 hijriah atau lebih tepatnya lebaran tahun 2019 yang diadakan di rumah.
Contents
Mengenal Tradisi Halal Bihalal
Istilah halal bihalal sendiri, sesuai dengan yang saya kutip dari website goodnewsfromindonesia adalah: “berasal dari kalimat ‘thalabu halal bi thariqin halal’ yang artinya mencari penyelesaian masalah atau mencari keharmonisan hubungan dengan cara mengampuni kesalahan.
Dan berdasarkan tinjauan bahasa, kata halal diambil dari kata halla atau halala yang memiliki makna; menyelesaikan masalah / meluruskan benang kusut / mencairkan yang membeku / melepaskan ikatan yang membelenggu. Oleh karena itu, halal bihalal dimaknai sebagai bentuk menyambungkan kembali apa-apa yang terputus” – goodnewsfromindonesia
Meski merupakan moment lebaran yang paling dinanti, tradisi halal bihalal ternyata hanya ada di Indonesia, lho. Dan itu tercetus pada masa kepresidenan Soekarno, sudah lama banget ternyata, ya. Mungkin karena itu juga yang menyebabkan tradisi halal bihalal ini menjadi tradisi yang kental dan turun-temurun, dan seakan terasa lebih afdhol kalau dilaksanakan setiap kali lebaran.
Oke, sekarang lanjut cerita halal bihalal versi keluarga saya.
Menjadi Shohibul Bait Halal Bihalal Lebaran
Seperti ramadan-ramadan sebelumnya, halal bihalal keluarga di hari pertama lebaran is a must, dan untuk lebaran tahun 2019 ini, rumah mertua yang terpilih menjadi tempatnya, karena mertua tinggal sendiri, saya dan suami yang kebagian tugas wara-wiri nyiapin alat yang dibutuhkan serta tambahan belanjaan yang kurang.
Karena tempat kerja saya beda kota sama mertua dan nggak bisa bolak-balik setiap hari, jadi kebutuhan pokok buat masak-memasak sudah pesan ke mbak ipar 1 minggu sebelum lebaran, sisanya yang kurang tinggal saya belanjakan pas udah masuk libur lebaran.
Jujur, baru nyiapin segala gono-gini saja sudah nervous nggak karuan, takut masih ada yang kurang. But the event must go on.. Siapin saja semaksimal mungkin, biarkan sodara-sodara yang menilai plus-minus-nya.
Peralatan yang Dibutuhkan saat Halal Bihalal Lebaran
Sementara mengabaikan rasa tidak PD yang kayaknya sudah akut banget ini, saya mencoba koordinasi sama mbak sepupu yang sudah mahir dalam acara-acara keluarga semacam ini. Pertama tentang alat-alat yang dibutuhkan, dan yang harus saya siapkan untuk acara halal bihalal:
1. Karpet
Jadi karena kita halal bihalalnya lesehan agar lebih leluasa dan nyaman, barang pertama yang harus disiapkan adalah karpet. Namun untuk para sesepuh, ada kursi ruang tamu yang sementara ditempatkan di pelataran rumah, tepat di bawah pohon kelengkeng. Biar isis, dan betah berlama-lama sambil bercengkrama di rumah.
2. Peralatan Speaker & Microphone
Yap, karena peserta halal bihalal keluarga ini dari berbagai generasi, mulai dari Gen X sampai Gem Alpha, jadi agar semua rangkaian acara berlangsung dengan kondusif, kita butuh microphone dan speaker untuk mengendalikan keadaan, dan agar MC juga nggak perlu teriak-teriak untuk menuntun jalannya acara halal bihalal lebaran tersebut. Maklum, banyak bocil jadi ya biar nggak boros suara karena saut-sautan teriak sama mereka, sounds system dan mic adalah koentji.
3. Peralatan Prasmanan
Dari awal, karena saya sudah paham kalau setiap acara halal bihalal kayak gini, daging kambing nggak pernah ketinggalan di keluarga ini, meski tetap disediakan menu bakso ayam, opor ayam, dan tahu-tempe, bau apek tetaplah bau apek, puyeng-puyeng deh kepala, dan ternyata dari sepupu ada usulan ditambahi ikan laut.
Sebagai warga pantura dan kebimbangan yang berujung kecewa karena saya sudah punya pikiran dikasih ikan laut tapi nggak segera saya realisasikan.. Malam takbir saya baru hubungi ibuk di rumah, untungnya kemarin sempat beli ikan 2 box. Dijadikanlah ikan-ikan tersebut menjadi ikan asap. Beres.
Masalah lauk beres, tinggal piring, gelas, sendok, dan pecah-belah lain yang nantinya akan dijadikan wadah untuk lauk-lauk tersebut. Untuk gelasnya sendiri, saya pakai gelas plastik beserta sendoknya, yang sekarang banyak dijual di toko-toko plastik, jumlah piring dan sendoknya disesuaikan lah sama total anggota keluarga yang hadir.
Dan untuk wadah lauknya, karena saya menyiapkan 3 menu berbau kambing: Gulai Kambing, Asem-asem Balungan Kambing, Sop Daging Kambing, jadi harus menyiapkan wadah tahan panas, dan 2 wadah untuk menu bakso ayam plus opor ayam, 2 wadah untuk tahu-tempe dan ikan asap, plus 1 wadah untuk sambel kecapnya.
4. Suguhan dan Camilan
Seperti pada umumnya, acara kumpul-kumpul tanpa camilan pasti terasa kurang lengkap, bukan? Tapi sebenarnya ini bukan sesuatu yang rumit, toh saya sudah pesan paket nastar, katengel, dan sebangsanya beserta toples-toples mini yang uwuw. Jadi.. it’s completed!
Run Down Acara Halal Bihalal Lebaran bersama Keluarga Besar
Setelah semua alat dan perlengkapan lain yang dibutuhkan sudah komplit, sekarang saatnya menyusun run-down acara agar keberlangsungan halal-bihalal bisa berjalan lancar dan nggak macet-macetan layaknya arus mudik lebaran..
Jadi, memang selalu ada run down acara yang seru setiap halal bihalal keluarga dilaksanakan. Apa saja run down acara untuk halal bihalal lebaran? Berikut adalah keseruan halal bihalal di rumah kemarin:
1. Pembukaan Oleh MC
Di awal acara, MC yang biasanya dibawakan oleh sepupu atau keponakan, akan menyampaikan pembukaan dan tujuan dari acara halal bihalal keluarga tersebut dilaksanakan. Selain itu, MC juga akan memberitahukan run down acara halal bihalal dari awal hingga akhir, dengan harapan semua yang hadir bisa mengikutinya dengan tenang dan nggak bertanya-tanya kapan waktunya pulang.
2. Tilawah Qur’an
Tilawatil Qur’an sendiri seringnya dibacakan oleh keponakan yang masih usia madrasah, jadi 2 orang akan dipilih untuk membaca salah satu surat alqur’an beserta maknanya.
3. Sambutan Shohibul Bait & Sesepuh
Ramah tamah pada umumnya, namun akan sangat menyentuh emosi ketika mereka mengisahkan bagaimana cerita kehidupan zaman dulu, menyampaikan harapan-harapan serta doa bagi anggota keluarga, agar selalu dalam kebaikan, kesehatan, serta keberkahan dunia akhirat, sampai kita bertemu di surga-Nya kelak.
4. Do’a Bersama
Doa di hari suci penuh kemenangan yang mengharap segala pengampunan, rahmat, serta ridho dari yang maha kuasa. Di mana setelah do’a bersama, tisu-tisu akan segera melakukan tugasnya, untuk mengusap air mata yang berjatuhan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah yang maha kuasa, serta menjadi wujud dari penyesalan, akan setiap kesalahan yang pernah dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja
5. Ice Breaking atau Fun Game
Fun game yang pertama adalah sambung-menyambung cerpen. Jadi sambung-menyambung cerpen waktu halal bihalal kemarin bercerita tentang kehidupan 4 orang pemuda yang berperan sebagai; pujangga cinta, preman, pemulung, dan ustadz gaul.
Melalui sambunh cerita tersebut, mereka berbagi pengalaman kisah hidup yang kalau dilihat dari background karakternya jelas snagat jomplang banget, alhasil setiap kisah pengalaman yang mereka ceritakan jatuhnya kocak dan berhasil membuat kita semua tertawa dengan renyah.
Fun game selanjutnya adalah tebak kata, di mana dalam 1 tim terdapat 2 orang yang dipilih dari masing-masing anggota keluarga. Seperti game tebak kata pada umumnya, 1 orang memeragakan gerakan yang berhubungan dengan kata yang disediakan. Lucunya di sini adalah ketika para sesepuh memeragakan gerakan yang ambigu, sehingga terlihat kocak bagi anggota keluarga lain, tapi generasi muda masih bisa menjawab dengan benar.
Mungkin itu adalah salah satu wujud dari kuatnya ikatan keluarga.
6. Sungkeman
Tradisi Halal Bihalal Keluarga, yang tidak boleh dilewatkan adalah sungkeman. Sungkeman merupakan ritual wajib setiap kali kita halal bihalal lebaran, terlebih kepada kedua orangtua kita.
Dan biasanya, sesi sungkeman ini dimulai dari keluarga tertua, dan berlanjut sampai ke yang paling kecil.
7. Makan-makan
Setelah saling bermaafan, agenda selanjutnya adalah… Mengisi kembali perut yang kosong. Yap, Makan-makan..
Ritual lain yang wajib dilakukan setiap halal bihalal lebaran. Yakan.. Habis teriak-teriak nge-game, sesi doa bersama dan sungkeman yang menguras emosi jiwa dan raga, makan-makan adalah ritual pengembali mood yang paling tepat.
Apalagi menu-menu special khas lebaran sudah dihidangkan sejak pagi, jadi semakin dibikin ngiler sepanjang acara, nggak sabar ingin segera mencicipinya.
8. Bagi-bagi THR & Penentuan Tempat Halal Bihalal Lebaran Selanjutnya
Yang terakhir adalah run down halal bihalal yang paling ditunggu-tunggu dan paling bikin excited buat bocil-bocil, yap bagi-bagi THR dan penentuan tempat halal bihalal lebaran berikutnya! Yeay!
Jadi hasil dari usulan sepupu-sepupu waktu itu, halal bihalal tahun depan rencananya bakal berupa rekreasi bersama. Kalau sesuai liburan lebaran sebelum-sebelumnya sih, mereka lebih sering ke daerah magetan – madiun, tapi belum tau juga sih, jadi enggaknya.
Tapinya lagi, apapun itu.. Pokoknya yang terbaik lah demi silaturrahmi keluarga bisa tetap terjaga. Ya nggak? 🙂
Di akhir halal bihalal, ada yang langsung pulang, ada juga yang masih asik bercengkrama dan bernostalgia bersama saudara, yang kadang ketemunya hanya di waktu lebaran saja. Dan itu juga menjadi penutup acara halal bihalal keluarga saat itu.
“Allahumma allif baina qulubina wa aslih dzaata bainina wahdina subulas salam”
Menjadi Tuan Rumah Halal Bihalal Lebaran bersama Keluarga
Generasi muda keluarga dari suami memang terbilang bermental pemberani dan memiliki kreativitas tinggi. Sebagai “orang luar” dalam keluarga tersebut, saya nggak terlalu “ikut campur” dalam segala tetek-bengek yang ada di dalamnya, seperti halnya run down acara halal bihalal kali ini, para keponakan ternyata sudah menyiapkan kegiatan apa saja yang akan mengisi acara halal bihalalnya.
Dan sampai saat ini saya sangat bersyukur atas ide-ide kreatif mereka yang menjadikan acara halal bihalal bisa berjalan lancar dan menyenangkan.
Terlepas dari keberadaannya yang dijadikan sebagai tradisi turun-temurun, sesuai kutipan yang saya tulis di atas, halal bihalal juga merupakan salah satu tradisi yang sangat bermanfaat bagi kita untuk mempererat silaturrahmi keluarga.
Yang awalnya pernah merasa berselisih paham dan enggan untuk bertegur sapa, akhirnya berkumpul juga pada acara halal bihalal keluarga, saudara jauh yang jarang bertatap muka pun bisa bertemu, dan bisa memulai percakapan-percakapan ringan sampai akhirnya nggak canggung untuk saling bercanda tawa bersama.
Nah, di atas adalah cerita halal bihalal rutin versi keluarga saya, kalau halal bihalal versi kalian bagaimana? Yuk bagikan ceritanya di kolom komentar!
Sincerely,
Elisa